Sharing Kepenulisan di SMPIT Daarul Ilmi
Pagi hari, seorang sahabat, Pemred Jejamo.Com, #dosenkece
menghubungi dan meminta saya menggantikan tugasnya mengisi Kelas Jurnalistik di
SMPIT Daarul Ilmi, untuk siang harinya. Beliau ada acara mendadak yang sangat
penting dan tak bisa diwakilkan.
“Saya?”
“Iya, Uni,” jawabnya via whatsapp.
“Ealaa, Baang. Aye penulis, loh, bukan jurnalis.”
“Enggak apa. Kajiannya menulis umum aja. Bisa menulis buku
anak, cerita di media. Pokoknya sesuai ilmu Uni . Bla..bla.. bla..”
Jujur, ini bikin termehek-mehek. Saya terbiasa menyiapkan
acara paling dekat tiga hari sebelumnya. Itu pun kudu fokus.. fokus.. fokus.
Kalau kajiannya terlalu berat, biasanya malah saya tolak, hehe. Ngukur diri dan
ilmu lah, kita mah... (baca juga http://www.fitrirestiana.web.id/2017/02/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
“Hanya kisaran 9-12 anak, Ni. Perempuan semua. Kelas 7-8. Anaknya pintar-pintar tapi kadang
masih malu untuk ngomong di depan. Saya mau mereka dapat ilmu yang lebih
bervariasi. Deal, ya?”
Ya sudah. Akhirnya saya say ‘yes’. Apa sih yang enggak untuk
kamu, sahabat.. *gubraks... J. Akhirnya, dengan memandang nelangsa cucian yang seharusnya
saya tuntaskan, saya membuka si nobi dan siap berselancar. Materinya hampir
sama dengan Kelas Menulis dan Kelas Inpirasi yang pernah beberapa kali saya
isi, tapi kontennya diperdalam dan dipertajam. Ini kan SMP. Kudu lebih banyak
tantangannya..
![]() |
Perlengkapan wajib |
Jangan Nyasar, Ya Allah.
Ini adalah salah satu doa utama ketika saya bepergian
sorangan. Bukannya apa-apa, saya tuh orangnya susaaaaah banget mengingat jalan.
Kalau sendirian dilepas, kemungkinan 99,99 % akan nyasar. Apalagi kalau
tempatnya jauh. Duuuh. Dan perjalanan kali ini, lagi-lagi... saya nyasar! Iya.
Padahal dah nanya ke mbak penjual buah, oom penjual gorengan, satu yang lagi
nongkrong di warung, satu tukang ojek! Terakhir sama dua anak laki-laki, yang
menunjukkan lokasi sekolah dengan jarinya. “Tuh, Tante. Lurus aja, ntar
keliatan, kok!” Fhiiuuh... alhamdulillah.
Akhirnya saya sampai di SMPIT Daarul Ilmi saat jarum jam menunjuk angka 01
lewat 35 menit. Tas ransel pinjem punya pak suami terasa lebih ringan, hehehe.
Saya disambut oleh Ibu Nina, penanggung jawab ekskul
Jurnalistik. Orangnya ramah dan terlihat menyenangkan. Salam kenal ya, Ibu.. J
Perkenalan dan ngobrol sebentar. Beliau membaca CV yang saya
ajukan. “Woow! Saya harus belajar nulis buku dengan Mbak Fifi, nih!” ujarnya
berdecak. (Bikin saya enggak enak hati aja. Wong baru segitu, looh).
“Aih, Ibu bisa aja. Belajar sama-sama maksudnya? Ayolaaah!”
jawab saya malu-malu dan berharap tak malu-maluin.
Bel berbunyi pukul 13.40 wib. Saya memasuki ruang kelas
dengan diantar Bu Nina. “Saya tinggal ya, Mbak.” Fhhiiuh. Bismillah.
![]() |
Mulanya malu-malu. Selanjutnya seruuu! |
Dipanggil ‘Mbak’. Olala!
Delapan anak perempuan sudah berada dalam kelas. Mereka
sedikit mengernyitkan alis saat melihat saya. Saya pun menebarkan pesona, eh
senyum ke arah mereka. “Yuk, pada duduk dulu. Nanti kita kenalan.”
Saya mempersiapkan tampilan slide sambil mengeluarkan
buku-buku. Anak-anak itu menyaksikan sembari sesekali berbisik. Setelah selesai,
saya mengucapkan salam dan menyapa mereka dengan santai. Tak lupa pula
menyampaikan permintaan maaf Bang Adian karena tidak bisa hadir seperti
biasanya.
“Baik, bagaimana kalian memanggil Pak Adian? Bapak, Abang,
Kakak, atau..”
“Kakaaaak,” jawab mereka serempak dan suasana muai terlihat
cair.
“Oke. Saya panggil kalian adik-adik, ya. Mau panggil saya
apa?”
“Mbaaaak!”
"Kakaaaak!"
Whaat? Aye dipanggil Mbak? Duuh. Mau ketawa khawatir mereka
tersinggung. Mau ngikik entar mereka tak suka. Akhirnya saya coba gaya kalem.
Senyum dikulum. Dalam hati maah. Gimanaaa gitu. Secara umur mereka sama dengan
umur Pandu, anak sulung sayah, hihihi.
![]() |
Gaya suka-suka... :) |
![]() |
Tugas pertama begitu menggoda :) |
Setelah menyampaikan materi dalam suasana yang mulai akrab,
saya memberi tugas mandiri. Menulis setidaknya satu paragraf yang mengandung
kata ‘kotak, baper, cinta dan sahabat. Pemilihan kata ini terinspirasi dari
keponakan cewek saya yang seusia mereka, Rahmanika Fauzia Ayassi. Makasih sudah
menginspirasi teta yaa, Uniii.. J
Kelas langsung heboh!
“Iiih, ada cinta-cintanya!”
“Cinta kan bisa sama siapa aja. Sama ibu juga bisa kan,
Mbak?”
“Waah, tugasnya bikin baper, nih!”
“Ini mah saya bangeeet!”
Pokoknya banyak deh celetukan lucu. Saya sampe ikutan ngikik
bersama mereka. Berusaha tak terlalu berjarak.
![]() |
Ngerjain tugas yang katanya bikin baper |
10 menit cukuplah memperhatikan keseriusan mereka
menegerjakan tugas. Ada yang ditutupin supaya tak diintip, ada yang jahilin.
Ada yang diam merenung. Mungkin mikir, ‘eh, surat cinta dari si Joko gue simpen
dimana, ya!’ eh.... J
Oke. Ada satu anak yang tak mengumpulkan. Tak apa. Saya
membaca semua tugas sambil mengacungkan jempol. ”Keren-keren, looh. Saya
siapkan empat buku untuk adek-adek yang punya semangat belajar. Gimana?”
“Maaau! Maaau!”
Widdihh... kelas makin ‘fanash’!
Lanjut materi dan satu tugas terakhir.
![]() |
Tugas kelompok |
Ada beberapa yang saya tanamkan ke mereka. Bahwa sebenarnya ide menulis itu
bisa dari mana saja. Tak terlalu banyak yang dibutuhkan, kecuali doa, niat dan
semangat untuk belajar. Menulis itu bukan bakat atau kemampuan. Tapi lebih pada
kemauan.
Semoga setelah ini mereka akan tercerahkan dan mampu
mencerahkan dunia. Aamiin.
![]() |
AAyo kita berfotooo... :) |
Oh iya, akhirnya 4 buku meluncur ke mereka. Buku Cinta Tanpa
Syarat, Aku Cerdas Mengelola Uang, dan 2 seri Ayo Merawat Tubuh. Saya juga
menjanjikan akan memberikan tiga buku Cinta Tanpa Syarat untuk mengisi
perpustakaan kelas mereka. InsyaAllah.
Alhamdulillah.
Terimakasih sudah berkenan menerima dan berbagi, ya. Terutama untuk panggilan ‘Mbak’nya. Bikin
saya serasa masih muda. Eeaa. Hihhii.
Spesial thanks to Bang Adian Saputra, sang sahabat baik. Semoga kita bisa terus bersinergi membangun literasi. Aamiin.
****
#AlkisahFitriRestiana
#PenulisLampung
#SharingKepenulisan
#TapisBlogger
#SMPITDaarulIlmi
0 komentar:
Post a Comment