#KulinerLampung
#BuburAyamJogja
Awalnya sih enggak sengaja
mampir. Waktu itu pulang nganter yang bujang di #HariPertamaSekolah masuk SMPN
25. Daripada nunggu kelamaan, saya dan kakak ipar nyari sarapan. Teng, ketemulah
bubur ayam Jogja. Kebetulan banget, saya emang penggemar bubur ayam dan seumur-umur
tinggal di Lampung, baru dua kali makan bubur ayam yang super lezat. Hiks,
kasiannya sayaaah...
#BuburAyamJogja posisinya di
Jalan W. Monginsidi. Sederetan dengan RS Bumi waras, Hotel Pop dan salah satu
bakso terkenal di Lampung, #BaksoSony (akan diulas lain waktu, ya, J).
Setahu saya bubur ini baru. Menempati sebuah rumah sederhana dengan dinding
berwarna kuning dan berjendela besar.
Di bagian muka pengunjung
disambut oleh sepasang suami istri dan satu pegawai yang bergerak lincah, cepat
dan cukup ramah. Sebuah gerobak kaca berukuran lebar menyajikan aneka bahan
pelengkap bubur yang ditata rapi dan bersih.
Kalau sedang ramai, pengunjung
yang ingin makan di tempat tak bisa santai. Karena hanya tersedia dua meja. Satu
meja bundar untuk berempat. Dan satu meja panjang yang mungkin muat untuk 6-8
orang. Kalau lagi sepi, lumayan nyaman. Angin deras masuk memalui dua jendela
di bagian depan dan samping.
Naaah, emang gimana penampakan
buburnya?
Nyaaam banget, deh. Bahan
pelengkap sengaja diletakkan di atas meja sehingga pembeli bisa mengambil
sesuai selera (asal tau diri aja, Brooo). Kerupuk, kacang kedelai, kecap,
sambal, minuman, pokoknya semua terhidang. Kalau enggak khilaf, bisa-bisa tuh
kacang kedelai dibawa pulang, hehehe..
Dan satu lagi yang bikin bubur
ini tambah mantap adalah kecapnya, #KecapBango. Dah kenal kan ama Malika?? Eh,
kecap Bango? Itu loh, salah satu bahan andalan #KulinerIndonesia. Sudah harum,
enak, manisnya pas pula, sama lah ama yang nulis ini, wkwkwkwwk...
Harganya? Amat sangat terjangkau!
Cuman 8000, euy. Tapi kalau mau pake sate, telur asin dan #TehBotol atau minuman lain, ya
beda, yaa. Eh tapi enggak jauh dengan harga warung, kok. Kisaran 3000 gituh.
Pooknya, untuk sarapan di ##BuburAyamJogja paaaas banget. Pas di kantong, di
hati dan di lidah. Nyam..nyam..nyam. Jadi pengen makan bubur ayam, deh (jam
22.35 WIB, wkwkwk)
O iya, maaf saya belum sempet
nanya kenapa dikasih nama Bubur Ayam Jogja. Nanti deh, di kunjungan berikutnya.
InsyaAllah, J
Satu lagi. Posisinya enggak jauh dari perpustakaan loh. Jadi, bisa dipastikan saya akan mampir setelah menyantap buku-buku, hehehe.
Satu lagi. Posisinya enggak jauh dari perpustakaan loh. Jadi, bisa dipastikan saya akan mampir setelah menyantap buku-buku, hehehe.
Silahkan yang mau meluncur.
Recomended.
fb. https://www.facebook.com/fitri.restiana
Buku #CintaTanpaSyarat
Duuuhhh..salah bgt baca postingan ini malem2 gini..bikin perut kriuk kriuk.hehe
ReplyDeletesaya suka bubur ayam dan sudah beberapa nyoba bubur ayam daerah -daerah dg cita arsa yg berbeda
ReplyDeleteHihihi.. iya, Mak Gena. Saya aja nulisnya sambil nahan laper.. xixixi.. ��
ReplyDeleteMak Tira, salaam bubur ayam! Xixixi.. ��
Terimakasih sudah berkunjung ya, emak2 kereen.. ��
Wah jadi pengen nyoba Mbk, aku jadi ingat pas di Jogya masih kecil sarapan Bubur kayak gini juga heheh...entahlah mungkin punya bumbu yang khas ya
ReplyDeleteAku suka bubur ayam yang di samping Museum Lampung mbak. Aku belum banyak nyicipin bubur ayam di sini juga sih, tapi dari 4 tempat bubur ayam yang pernah kucicipi, di samping Museum itu paling enak kuahnya. Rame juga yang beli. Bubur ayam dengan inisial VD yang ngehits itu juga aku nggak pernah nyoba, katanya sih sebenernya biasa aja hi hi. Tapi jadi pengen nyoba yang ini. Tapi mesti nunggu weekend dulu deh.
ReplyDeleteAyolah kapan2 kita meluncur ke bubur ayam,,Mbak Heni n Mbak Naqi... 😀
ReplyDelete