“Uncil, selain berita Bu Kelinci yang masih
sakit karena terkena duri Pak Landak, ada berita apa lagi hari ini?” tanya Ola,
si anak monyet yang tak bisa diam. Dia selalu saja berayun dari satu pohon ke
pohon yang lain. Uncil si kancil kecil sampai gemas melihatnya.
“Hmm,
yang aku tahu, kita akan kedatangan penghuni baru. Keluarga Kuda Nil!” jawab Uncil
cepat.
“Kuda?
Asyiiik! Kuda itu kan binatang yang gagah dan senang bersahabat,” balas Ola
senang.
Uncil
mengangkat bahu. Mereka sama-sama belum tahu bagaimana bentuk Kuda Nil yang
sebenarnya. “Kita lihat saja nanti,” sahut Uncil.
Keesokan
harinya, Uncil dan Ola berniat berkunjung ke penghuni baru di tengah hutan. Mereka
berjalan riang sambil bernyanyi pelan. Tapi, tiba-tiba mereka menghentikan
langkahnya ketika melihat keluarga Kuda Nil sedang berendam di kubangan.
“Ssst,
ayo sembunyi! Jangan sampai mereka
melihat kita,” ujar Ola menarik lengan Uncil. Dengan cepat mereka sudah berada
di balik semak rimbun.
“Uncil,
lihat! Katanya kuda, tapi kok menyeramkan begitu, ya?” bisik Ola sedikit
ketakutan.
“I..iya...
menyeramkan! Ayo, kita pergi saja.” Sahut Uncil gemetar. Bagaimana tidak! Anak Kuda
Nil saja besarnya lima kali lipat tubuhnya. Belum lagi ayah dan ibunya.
“Ayo!”
sambut Ola menggigil saat melihat Kuda Nil menguap. Gigi-giginya yang besar
membuat mereka ingin bergegas lari.
Tapi,
oh tidak! Sang anak Kuda Nil terlanjur melihat mereka!
“Hai
Kancil dan Monyet cantik!” sapa anak Kuda Nil. Senyumnya seperti sebuah
seringai tajam. Tubuhnya yang besar dan berkelenjar itu benar-benar membuat Uncil
dan Ola sangat ketakutan.
Bum...bum...bum..
langkah kaki anak Kuda Nil semakin mendekat.
“Kabuuurrr...!”
teriak Uncil. Tanpa berpikir panjang, Ola langsung naik ke atas pohon dan
berayun secepat mungkin mengikuti Uncil.
.
Mereka
tak sadar. Sang anak Kuda Nil seketika menghentikan langkahnya dan menatap
kepergian Uncil dan Ola dengan wajah sedih.
“Hosh....hosh...Glegkh..
amaan...!,” ujar Uncil setelah merasa sudah cukup jauh. Keringat bercucuran di
dahi mereka.
“Uncil,
kenapa kita lari? Bukankah tadi dia sudah menyapa kita dengan ramah?” tanya Ola
masih ngos-ngosan.
“Pemangsa
memang biasa begitu. Kalau kita belum kenal, mereka pura-pura baik. Lagipula, bukankah
dia menyeringai?” jawab Uncil sekenanya.
“Ah,
dia tersenyum, kok. Besok aku akan ke sana lagi dan...”
“Jangan,
Ola! Berbahaya!” balas Uncil gusar. Tapi tentu saja dia tak bisa membiarkan Ola
ke sana sendirian. Jadi, mereka pun sepakat akan mendatangi lagi keluarga Kuda Nil.
Besok siang.
*****
Hari
ini keluarga Kuda Nil terlihat sibuk sekali. Mereka sepertinya akan mengadakan
pesta. Susunan buah pisang, semangka, jambu dan aneka daun sudah berjejer rapi
di atas kayu lebar.
Ola
dan Uncil saling berpandangan di balik semak. Kali ini mereka memberanikan diri
mendekati si anak Kuda Nil.
“Bukankah
kalian yang kemarin datang kemari?” tanya si anak Kuda Nil berusaha bersahabat.
“Be...benar...
ka..kami... ingin...tahu tentang kalian,” sahut Ola memberanikan diri.
“Oo,
begitu. Perkenalkan, namaku Gruci, anak Kuda Nil yang paling suka berendam,”
sapanya jenaka. Gigi-giginya tidak terlihat menyeramkan lagi bagi Ola dan Uncil.
Mereka pun akhirnya terlibat perbincangan seru.
“Waah,
jadi ternyata kamu juga herbivora, ya? Hewan pemakan tumbuhan seperti kami?” tanya Ola sambil
manggut-manggut.
“Ya,
benar! Dan satu lagi, sebenarnya kami lebih berkerabat dengan hewan cetacea seperti Ikan Paus dan
Lumba-lumba daripada dengan mamalia berkuku lainnya semisal Sapi, Kuda dan Kambing.”
Jawab Gruci panjang lebar.
Uncil
dan Ola menganggukkan kepala berkali-kali. Gruci sampai terkekeh melihatnya.
“Uncil
dan Ola, maukah kalian membantu kami?” pinta Gruci.
“Tentu
saja. Bukankah kita sudah menjadi sahabat sekarang? Apa yang bisa kami bantu?”
balas Uncil riang.
“Tolong
sampaikan pada penghui hutan, bahwa kami mengundang makan sore hari ini. Kami
sudah menyiapkan aneka buah dan tumbuhan segar. Bagaimana?”
“Woow,
tentu saja! Kami juga akan memberitahukan mereka bahwa keluargamu adalah
penghuni hutan baru yang ramah dan baik hati. Baiklah, kami berangkat dulu,
ya!” Sahut Ola dan Uncil berbarengan.
*****
Pesan moral yang manis
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Khulatul.. :)
ReplyDeleteBagus, Mbak. Pesan dan gaya berceritanya suka. ^^
ReplyDeleteTerimakasih, Mbak Kazuhana.. 😊
DeleteTerimakasih, Mbak Kazuhana.. 😊
DeleteBersemangat lagi gara2 postingan pean kapan hari itu mbak...
ReplyDeleteAyo atuh, Mbak Ila...😊
DeletePengemasan ceritanya menarik mba. Pesan moral tersampaikan, juga ada pengetahuan yang terselip seperti penjelasan tenang hewan herbivora dan spesies kuda nil. Tak hanya terhibur tapi juga jadi belajar 😊
DeleteSaya lagi belajar, Kak Kei.. hehe. Makasih support yaa.. 😊
Deletebaca cerita anak ini, jadi inget dulu zaman zaman SD hehe
ReplyDeletewahh keren mbaaa, ceritanya dimuat di Lampung post :D
Selamat yah hihi
Hihihi.. iya, Mbak Dwi Lestari. Jaman SD paling seru n menyenangkan.. terimakasih kunjungannya, yaa.. :)
Delete