Nggak
kerasa, sudah hampir dua puluh tahun kita berkawan. Ya, mulanya kita hanya
berkawan. Berhimpun dalam satu komunitas yang manis dan selalu membuat rindu.
Di situ ada
diskusi. Ada lempar tawa dan joke. Nggak jarang, ada delikan sewot dan kesal
yang biasanya tak berumur panjang.
Diskusi yang
kita lakukan meliputi isu alam semesta. Mulai dari Tuhan Sang Pencipta, mengapa
kita ada, untuk apa Dia menciptakan dunia, dan bagaimana seharusnya manusia
hidup di dalamnya. Seru! Sangat seru! Biasanya diskusi berakhir dan anggukan
kepala tanda sepakat, atau kerutan di dahi tanda tak setuju. Tapi kita membiarkan semua mengalir walau
menyertakan sedikit gejolak. Tak mengapa. Toh di suatu saat nanti biasanya kita
akan melanjutkannya dalam situasi yang nyaman dan tenang.
Bermula dari
komunitas itu, kita bersepakat mendirikan Yayasan dan Sanggar Belajar Anak
Jalanan. Tugas utamanya, mendata anak-anak yang ada di pasar dan tempat2 umum
lalu membina dan mengajarkan kemandirian pada mereka. Nggak mudah memang. Di
masa awal, ada beberapa mata yang menatap sinis dengan mulut mencibir, ada juga
yang pura-pura tersenyum tapi sejatinya menolak, bahkan, kita pernah didatangi
orangtua salah satu anak sambil marah-marah, “Anak saya harus kerja! Bukan
belajar!” bagitu ujarnya geram. Takut? Enggak juga. Justru itu menjadi salah
satu ujian agar kita meluruskan niat dan menguatkan mental. (Sebenernya, saat
itu jilbab kita basah kuyup keringetan karena pura-pura berani, hehehehe)
Seiring
waktu, kita mulai mendapatkan pekerjaan. Yap, inilah realita. Hidup terus
berjalan. Saya bekerja sebagai Sekretaris di DPR RI, teman-teman yang lain juga
diterima di beberapa lahan pekerjaan. Kitai terpisah ruang dan waktu. Tapi
tidak dengan semangat cinta dan persaudaraan.
Bermula dari
berkawan, lalu kita menjadi sahabat. Yang insyaAllah memenuhi hari dengan
saling mengingatkan dan berkenan berbagi kasih sayang.
Sahabats,
kita semua sedang berproses. Semoga Allah SWT memampukan kita menjadi seorang
perempuan bijak dan solehah. Ibu yang selalu mengisi hatinya dengan munajat
panjang. Istri yang setia mendampingi suami dengan sepenuh hati. Dan yang
pasti, semoga Allah selalu menjadikan kita manusia yang menebar kebaikan pada
seluruh alam. Sampai waktunya tiba. Aamiin.
Juli 2015
0 komentar:
Post a Comment