Ketika Ibu Tak Mencintai Buah Hati
Merasakan kehamilan adalah proses menakjubkan dan
merupakan berkah yang tak ternilai. Ketika dinyatakan hamil, seorang istri akan
berusaha maksimal menjaga kehamilannya dengan baik. Segala sesuatu dipersiapkan
sebaik mungkin. Melakukan kontrol ke dokter, mengkonsumsi makanan yang lebih
sehat dan banyak, olahraga yang cukup,
membeli perlengkapan untuk si calon bayi, sampai meningkatkan intensitas ibadah,
adalah kewajiban mutlak demi dapat
melahirkan bayi yang sehat jasmani dan rohani.
Namun apalah daya. Setelah proses melahirkan, semua
menjadi seperti yang tidak pernah dibayangkan. Banyak para ibu yang mengalami
depresi pasca melahirkan atau dikenal dengan istilah Babby Blues Syndrome dan yang terparah
disebut Postpartum Syndrome. Selain karena faktor biologis seperti estrogen,
progesteon dan prolaktin yang terlalu tinggi atau rendah, faktor lain yang
mempengaruhi seorang ibu mengalami depresi adalah umur, pengalaman, pendidikan,
proses melahirkan dan dukungan sosial
(hal 9)
Ibu yang mengalami depresi akan merasakan ketakutan
pada bayinya sendiri. Keadaan ini diperparah lagi dengan adanya perasaan
terbebani ketika mendengar buah hatinya menangis. Dia jadi linglung, tidak bisa
mengurus diri sendiri, lelah dan bosan. Bahkan ada ibu yang merasa ketakutan
anaknya akan menderita di kemudian hari sehingga memutuskan mengakhiri nyawa buah
hatinya dengan berbagai cara. Mulai dari meracuni makanannya, menenggelamkan
dalam bak mandi dan berbagai jenis tindakan yang tidak manusiawi dan tidak
masuk akal (hal 26)
Buku ‘Anakku Bukan Anakku’ yang ditulis oleh Deassy
Marlia Destiani dan teman-teman ini merupakan salah satu buku dengan muatan
informasi dan edukasi yang sangat baik mengenai depresi pasca melahirkan.
Apalagi di setiap kisah disertai analisis kasus dan penanganan dari dokter dan
psikolog. Menariknya lagi, kisah-kisah yang tertuang adalah kejadian nyata yang
digali langsung dari narasumber oleh
para penulis.
Sebuah kisah dramatis berjudul ‘Suamiku Selingkuh Saat Aku Mengandung’
benar-benar mengaduk-aduk emosi pembaca. Ketidaksiapan ibu dan ayah di
kehamilan kedua, ditambah sikap suami yang berkali-kali membawa selingkuhannya ke rumah, membuat perempuan
yang semula sangat kuat menjadi terpukul dan membenci ayah dari anak-anaknya
itu. Apalagi anak kedua yang berjenis kelamin laki-laki itu mirip sekali dengan
suaminya. Kebencian ini mengakibatkannya sama sekali tidak mau mengurus sang
bayi dalam waktu yang cukup lama dan menyerahkan tanggung jawab pada ibunya (hal
55)
Atau kisah mengenai sikap orangtua yang tidak legowo
ketika anaknya melahirkan lagi. Terbayang kerepotan nenek mengurus dua cucu
yang jaraknya tidak terlalu jauh. Apalagi kehamilan kedua ini ternyata kembar.
Pasca melahirkan, ibu merasa stres karena kelelahan yang luar biasa mengurus
tiga balita sekaligus. Rumah yang selalu berantakan, penolakan dari ibu, tangisan
yang bersahut-sahutan dan tak memiliki waktu istirahat, menjadikannya sering
menangis serta dihantui perasaan cemas dan kesal yang berkepanjangan (hal 110)
Pengalaman yang membuat terenyuh juga terungkap dalam
buku ini. Bagaimana seorang perempuan yang sebelumnya baik-baik saja berubah
menjadi nyaris seperti orang gila. Ketika buah hatinya berusia tiga bulan, dia
merasa sangat ketakutan luar biasa. Dia sering mendengar bisikan yang
mengatakan bahwa dirinya akan masuk neraka karena bukan seorang ibu yang baik.
Bisikan itu datang bersamaan dengan tangisan si kecil. Bahkan dia pernah hampir mencekik bayinya
kalau pengasuh tidak segera datang dan mengambil dari tempat tidur (hal 316)
Masih banyak kisah
seru dan inspiratif dalam buku setebal 356 halaman ini. Buku yang sangat
layak dijadikan acuan bagi semua pasangan bahkan calon orangtua dalam
menghadapi pernak-pernik pasca melahirkan, terutama beragam depresinya. Yang
harus dipahami dan disadari adalah bahwa depresi ini merupakan sebentuk
penyakit yang membutuhkan pengobatan dan berbagai terapi. Suami, orangtua dan
lingkungan terdekat harus berperan aktif
dalam pengasuhan buah hati bila diperlukan. Yang pasti, dalam keadaaan
bagaimana pun, selalu ingat pada Sang Pencipta. Selalu berdoa agar dihindarkan
dari keburukan dan kejahatan dan diberi kemudahan dalam menjalani proses
sebagai orangtua.