Dalam
sebuah acara arisan di kampung, saya mendengar keluhan dan keresahan
ibu-ibu menjelang pilpres 9 Juli nanti.
Mereka bingung mau memilih siapa. Informasi yang mereka terima selama ini hanya
berdasarkan ‘katanya’ dan ‘mungkin’. Acara debat capres yang seru muncul di
televisi, hanya sesekali mereka simak. Soalnya acara digelar malam, otomatis
ibu-ibu yang notabene bekerja 24 jam sudah
kehabisan tenaga. Belum lagi mereka harus bangun menunaikan ibadah yang
lebih penting, menyiapkan sahur untuk keluarga tercinta. Debat capres yang biasanya berujung pada ‘perdebatan
antar pendukung’ tidak lagi menarik, ahh besok dengar saja dari berita dan
celotehan tetangga, itu sudah cukup.
Ada
juga serombongan ibu-ibu yang memilih bersikap kritis. Mereka rela menahan
kantuk untuk menonton debat capres plus dengan secangkir kopi panas bareng
suami. Mereka pun siap membuka cakrawala dengan diskusi dan sedikit omelan
tentang capres idolanya. Semakin seru bila pilihan mereka ternyata berbeda
dengan suami. Hari gini suara politik masih ngikut suami? Ih, nggak banget deh.
Artinya sah saja follow suami bak twiter.Monggo saja ada perbedaan pilihan politik,
malah jadi tambah seru dan hangat (Tapi jangan sampai panas dan gosong
yaa.. J).
Banyaknya
jumlah perempuan dibanding laki-laki, menjadikan perempuan sebagai salah satu
kunci dalam keberhasilan proses politik. Walaupun kuota 30 % belum signifikan,
tapi harus diakui perempuan adalah basis riil yang bisa mengotak-atik perolehan
suara pada pilpres mendatang.
Nah
kembali lagi dengan ibu-ibu arisan. Beberapa diantara mereka bahkan ada juga
yang sangat sok tahu. Hasil debat capres yang ditontonnya semalam, menjadi
bahan ‘ilmu’ untuk menjelek-jelekkan jagoan lawan. Padahal, ilmu yang didapat
hanya sebatas hasil pantauan selama beberapa kali debat. Mereka menjadi buta,
tidak santun dan tidak peka dengan perasaan tetangga yang memiliki calon
berbeda. Kalau ketemu yang model begini, biasanya saya hanya tersenyum. Malah
terkadang jahil dengan sesekali memberi celetukan konyol dan bikin mereka
sewot, hehehehe..
Adalagi
model yang paling keren, ehm.. semoga saya termasuk di dalamnya J. Ibu-ibu yang selalu mencari dan menggali
informasi dari berbagai sumber dengan mengedepankan akuntabilitas dan cek n
ricek. Untuk mendapatkan informasi ini, biasanya mereka gencar membaca media
cetak, media elektronik bahkan berdiskusi aktif dalam beberapa komunitas.
Tujuan diskusi yang dilakukan bukan untuk mencari kejelekan si A, tapi mencari
kebenaran yang ada di A dan di B. Jadi, dalam satu komunitas, bisa ditemukan perbedaan pilihan tapi tetap
dalam koridor saling menghargai tanpa hujatan sana-sini.
Nah
Pak Capres, benar kan kami adalah aset ?. Jadi jangan hanya lirik kami, para
ibu. Tapi rangkul kami.... J (Fifinusantara10@gmail.com)
0 komentar:
Post a Comment